Rabu, 15 Desember 2010

Cerpen “Gaul…Why Not”

“ Ma.., aku berangkat ke kampus dulu ya!” teriakku saat menuruni anak tangga.”Kamu gak sarapan dulu sayang?” tanya mama.”Gak ah ma telat ni hari pertama di kampus.Daah mama” sambil aku berlari ke arah perempatan tempat aku biasa ngetem angkot.
Oh ya sebelumnya perkenalkan namaku Sesilia Prawinegara.Aku biasa di panggil dengan nama sesil.Aku tinggal di kehidupan yang berada.Papa ku’ Rendy Prawiranegara ‘bekerja di salah satu organisasi yang terkenal di dunia yaitu PBB. Sedangkan mama ku’ Ranti Prawiranegara’ menjadi orang terpandang di komplek karena kesibukannya bersama ibu-ibu komplek.Oh ya waktu aku SMA aku di sekolahkan di pondok pesantren di Surabaya.Jadi aku tidak terlalu mengenal dunia luar.Dan semenjak pindah di Jakarta aku melepaskan atribut kerudungku.
“ Hey,nama kamu siapa? Tanya seorang perempuan di belakangku.”hey juga, Nama ku Sesil” aku berbalik ke belakang sambil menjabat tanganku.” Aku Lifa mahasisiwi baru di kampus ini juga”jawabnya. “ owh kita 1 angkatan ya,1 jurusan dan 1 kelas” kataku sambil tertawa berbarengangan dengan teman baruku.Semenjak itu aku semakin dekat dengan Lifa ke kantin selalu bareng ke toilet pun Lifa selalu minta di anter sama aku,sampai-sampai kita di panggil adik kaka sama teman sekelas kita.Oh iya Lifa mempunyai wajah yang cukup menarik loh karena dia blasteran Betawi-Belanda.Aku juga gak kalah menarik dari dia loh karena kata mama aku punya wajah yang cantik.
Pukul 08.00 pagi mata kuliah Sosiologi
“Selamat pagi anak-anak”. “Pagi bu” jawab kami sekelas.” Hari ini Ibu akan membahas tentang Remaja Urban.Ada yang bisa bantu ibu,apa itu Remaja Urban?”
Saat itu juga sekelas langsung seperti pasar,karena gak ada yang mau kalah buat dapetin nilai tambahan.Lifa pun gak mau kalah ia mengangkat tangan setinggi-tingginya agar dapat di lihat oleh dosen.”Ssst..diam satu-satu anak-anak.Ya Adi,apa jawaban kamu?” “Remaja Urban menurut saya remaja yang pindah-pindah bu” celotehnya.”hahahaha…” teman sekelas ku tertawa mendengar adi yang mulai dengan kebiasaanya susah untuk di ajak serius. Saat itu juga sekelas berubah menjadi pasar karena banyolan Adi.Ibu Erna hanya menggeleng kepala.”Begini anak-anak Remaja Urban adalah remaja yang , identik dengan biaya hidup yang umumnya diluar batas kemampuan, dan berdampak pada tindakan kekerasan yang meningkat. Dan Menurut ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia dengan gaya hidup urban, para remaja tertantang untuk berpacu dengan waktu, mengejar target tertentu, memenangkan kompetisi yang sangat kuat, bahkan terkadang mengkesampingkan pertimbangan moral, dan terus-menerus dicekam kecemasan” tutur Bu Erna dengan penjelasannya yang rumit.Aku sendiri hanya mengangguk mendengar hal itu karena aku sendiri belum jelas maksud dari penjelasan itu.Aku mau bertanya tapi malu takut di sorakin teman sekelas dan itulah kebiasaan mahasiswa tidak akan bertanya sebelum di tanya sama seperti aku.
Pukul 12.00 di Kantin
Saat istirahat di kantin aku bertanya lagi dengan Lifa maksud dari penjelasan Bu Erna tadi saat di kelas.”Lif,aku mau Tanya dung maksudnya tadi Bu Erna tentang Remaja Urban apa sih?”. “Duh,memangnya kamu gak tau remaja urban itu kayak apa sil!” Tanya Lifa,sambil menggeleng kepala aku jawab “ Gak..”.”ya ampun sesil sayang,mangkanya kamu tuh orang tua boleh kaya tapi masa anaknya berangkat ke kampus aja di anter supir angkot,megangnya hendphone rumah lagi” ejek Lifa sambil tertawa.Memang benar apa yang Lifa katakana,tapi aku begini juga karena aku selama 3 tahun di pondokkan oleh orang tuaku jadi aku merasa asing dengan dunia yang sekarang.Peraturan di Pondok Pesantren lebih ketat dari yang kalian bayangkan.Ternyata daritadi aku melamun,Lifa membuyarkan lamunanku.”Sesil kamu itu anak orang kaya apalagi kamu dah dewasa sekarang dah masuk dunia kampus lagi jangan sia-sia kan masa muda kamu.Tar keburu tua loh” goda Lifa.
Pukul 20.00 di Rumah
Saat di kamar aku melamun memikirkan semua perkataan Lifa tadi siang.Ada benarnya juga fikirku,mama dan papa memang udah keterlaluan mendidik aku jadi mahasiswi yang gak gaul.“Ma..Pah,aku mau minta sesuatu boleh gak ma” rengekku seperti anak kecil.”mau minta apa sayang” jawab mama.Tiba-tiba saja seperti setan yang sudah merasuk fikiranku aku berusaha meminta semua yang selama ini tidak aku dapatkan.”Ma..pah aku kan dah besar sekarang aku gak mau di ejek kampungan karna aku gak punya Handphone,apalagi aku tinggal di lingkungan kampus yang mementingkan gaya ma..pa?” Mama dan papa terkejut mendengar perkataan aku.Aku berusaha melanjutkan lagi semua yang aku mau.”Aku juga mau Ma kalau aku ke kampus bawa mobil,masa aku daridulu sampai sekarang di antar supir angkot,sampai bosen aku liat supirnya.” pintaku.”Sayang,mama dan papa melakukan ini semua karena mama gak mau kamu terjebak Pergaulan Bebas nak,jadi anak yang membangkang pula.” Mama menasehatiku.”iya papa dan mama melakukan ini karena papa dan mama sayang sama kamu bukan karena tega” papa pun gak mau kalah.Dengan jurus seperti anak kecil yang merengek karena tidak di penuhi permintaanya aku mulai menangis sekencang-kencangnya.Yes akhirnya mama dan papa tidak tega melihat ku menangis,permintaan ku pun di kabulkan.”Tapi ingat ya sesil jangan terpengaruh pergaulan jaman sekarang.Selalu ingat dengan Sholat kamu,ya Nak.” Nasihat mama.”Oke,Bos!” jawabku sambil tersenyum lebar.
Ke esokan paginya,saat di Kampus.
“Tin..tin..tin” suara klakson BMW berwarna merah bertuliskan B 0109.”Hey,Lif lihat dong aku bawa mobil sekarang dan aku megang HP keluaran terbaru lagi.” Aku memperlihatkan semua barang baru yang aku miliki dan pastinya membuat iri semua yang melihat terutama Lifa seorang yang melihatku.”wuih,gak nyangka sekarang seorang Upik Abu berubah menjadi Cinderella”.ejek Lifa yang sedang iri melihatku.”Tar malem kita jalan yuk,aku yang bayarin deh” ajak Lifa.”Oke,siapa takut” aku menuruti ajakan Lifa.
Tepat pukul 09.00 malem aku memarkirkan mobilku di depan tempat yang sangat asing bagiku.oh ya Aku bisa keluar malam begini karena kebetualan orangtua ku sedang tidak ada di rumah,jadi ini kesempatan aku menikmati kebebasanku.Tapi aku penasaran tempat apa ini,”Lif,ini tempat apa sih kok rame begini,musiknya juga ker basanget”.”Ini namanya Diskotik,tempat orang dugem” bisik Lifa di telingaku mungkin karena musik yang terlalu kencang.”Dahlah,kita enjoy sekarang daripada pusing mikirin tugas-tugas kuliah” Lifa menambahkan. Tak terasa lama kelamaan aku mulai mengikuti alunan musik dan berjoget mengikuti irama,aku pun mulai mengenal apa itu minuman alkohol sampai pemandangan yang tidak lazim pun aku menikmatinya.
Seiring berjalanya waktu aku dan Lifa sering menghabiskan waktu bersama Shopping bareng menghabiskan kartu kredit yang hampir Limit,ke Diskotik menggaet cowok-cowok yang sedang kesepian.Inilah dunia yang tidak pernah aku nikmati selama masa SMA.” Aku Bebas…hahaha,aku menikmati dunia ini” teriak ku.
Pukul 02.00 pagi di rumah
“ Lifa,apa-apaan kamu ini pakaian kamu minim sekali,bau apa ini” mama mendekatiku sambil mencium aroma bau mulutku.”apa sih ma berisik aja deh aku pusing ni ma” ternyata mama dari tadi menunggu aku pulang dari diskotik.”kenapa kamu jadi begini nak,kamu keluaran dari pondok harusnya kamu mengerti mana yang baik dan gak.bukanya jadi semakin liar dengan kamu bebas bergaul dan pergi ke tempat yang kamu suka” mama mulai menangis melihat keadaan aku yang seperti ini.” Ada apa ini Ma?” “Plak..apa yang sudah kamu perbuat sesil” Papa menamparku.”Papa,mendidik kamu bukan untuk jadi anak yang seperti ini,kamu habis ke Diskotik?” Tanya papa.”i..iiya pa” jawabku terbata bata.”Plak” satu tamparan lagi mendarat di pipiku.”Papa sudah tidak tahan melihat kamu begini,papa akan kembalikan kamu ke Pondok Pesantren” teriak papa yang mulai habis kesabaran.Aku berlutut di kaki papa dan memohon” Jangan pa,jangan di pesantren Lagi ampun pa” hiks..aku menangis,mama yang melihat ku hanya terdiam dan menangis karena kelakuan ku yang sudah kelewatan.”ma…hiks bantu aku ma,aku gak mau di pesantren lagi.Aku melakukan ini karena aku sering di ejek sama temanku karena aku anak yang kurang bergaul.”aku kembali memohon.”papa akan mengurung kamu selama 1 minggu,tidak boleh keluar kemanapun atau pergi ke kampus” teriak papa.
Semenjak saat itu aku di kurung bagaikan tahanan yang berada di dalam sel,akupun tidak boleh pergi ke kampus,tidak di pegangi handphone lagi dan hanya melihat televise setiap hari.”Astagfirullahalaadzim,Lifa” aku tercengang saat melihat layar telivisi kabar berita “Penggrebekan di salah satu Diskotik”di antara puluhan orang aku melihat Lifa.Ternyata Lifa ikut di grebek karena dia kedapatan membawa Pil ekstasi.Aku menangis membayangkan kalau saja malam itu aku tidak di marahi mama dan papa mungkin aku akan menjadi salah satunya di kantor polisi itu.Ternyata menjadi remaja yang gaul pun kalau salah melangkah akan berdampak buruk bagiku.Aku kembali teringat apa yang mama dan papa selama ini katakan kepadaku.”Hiks…hiks” aku menyesal ma,pa.”Aku tidak akan lagi mengulangi kesalahan ini untuk ke 2 kalinya,dan aku tidak akan terpengaruh lagi meskipun aku di panggil anak yang kurang gaul atau apapunlah.Setelah ini aku ingin meminta maaf kepada mama dan papa.

Selasa, 07 Desember 2010

Melly Goeslaw – Kembalikan Lagi Senyumanku

Sekian lama mendung masih disini

Belum permisi tinggalkan pengap didada

Kecewanya hatiku hilangkan relung hati

Hampir saja ku mati mati rasa padamu


Kembalikan lagi senyumku yang manis seperti dulu

Ku rasa kini aku tertahan

Menahan luka yang amat dalam


Kembalikan lagi senyumku aku tak betah begini

Semenjak hati dan jiwa luka

Ku kehilangan senyum


Sekian lama mendung masih disini

Belum permisi tinggalkan pengap didada


Kembalikan lagi senyumku yang manis seperti dulu

Ku rasa kini aku tertahan

Menahan luka yang amat dalam


Kembalikan lagi senyumku aku tak betah begini

Semenjak hati dan jiwa luka

Ku kehilangan senyumku


Kembalikan lagi senyumku aku tak betah begini

Semenjak hati dan jiwa luka

Ku kehilangan senyum