Rabu, 09 Juni 2010

Proporsal Penelitian

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL Hal

DAFTAR ISI i

1. Identitas Penelitian x

2. Abstrak Rencana Penelitian x

3. Pendahuluan x

4. Tujuan Penelitian x

5. Urgensi Penelitian x

6. Kajian Pustaka x

7. Metode Penelitian x

8. Teknik Pengumpulan Data xx

9. Daftar Pustaka xx













1.3. Subyek Penelitian (contoh)

Subyek utama yang diteliti adalah model kompetensi inti lulusan prodi
manajemen dalam upaya menghasilkan Job Creator di bidang jasa. Penelitian ini bertujuan merancang model kompetensi inti dari lulusan manajemen di wilayah Kota Depok dan Bekasi, dengan demikian maka hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi pengambil kebijakan tingkat Universitas khususnya berkenaan dengan peningkatan soft skill dan hard skill .Pendekatan model penelitian ini akan dilanjutkan dengan rencana tindak sebagai bagian dari penguatan program studi manajemen. Hasil optimal yang diharapkan nantinya dari penelitian ini tidak saja pada pendekatan empiris namun juga meningkatkan motivasi dari lulusan manajemen dalam upaya menghasilkan Job Creator.
Diharapkan dengan terwujudnya Job Creator tersebut dapat memupuk semangat kewirausahaan pada diri lulusan manajemen. Analisis lingkungan berkaitan dengan kompetensi inti lulusan manajemen dilakukan pada dua bulan pertama Analisis ini digunakan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dihadapi lulusan manajemen saat ini dan prediksi masa yang akan datang, dimana kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman ini menjadi dasar dalam formulasi strategi usaha dalam meningkatkan motivasi. Bulan berikutnya, dilakukan tahap implementasi strategi yang sudah dirumuskan dalam dua bulan pertama. Analisis dilakukan pada faktor penunjang yang terkait dalam mendukung pengembangan soft skill dan hard skill lulusan manajemen.
Aspek yang diteliti adalah:
• Bagaimana peranan institusi/lembaga pendidikan/program studi yang terkait dalam
pengembangan soft skill dan hard skill lulusan manajemen dilihat dari aspek
manajerial, pendanaan, sumber daya (manusia dan teknologi) sebagai penyedia
informasi yang relevan?.
• Bagaimana strategi yang terbaik bagi lulusan manajemen agar mampu
menghasilkan job Creator melalui model kompetensi inti ?.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk merancang model kompetensi inti bagi
lulusan prodi manajemen tujuan khusus menghasilkan Job Creator yang terencana baik
menggunakan rencana tindak.














1.4. Periode Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dalam jangka waktu 7 (tujuh) bulan
Bulan
Kegiatan
1. Persiapan implementasi
2. Penyusunan materi /studi pustaka
3 Penetapan metodologi
4. Pengumpulan data
5.Verifikasi data
6. Tahap analisis data
7. Penyusunan skripi
8. Evaluasi /penggandaan laporan
9. Sidang skripsi

1.5. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada lokasi yang berada di Kota Depok dan Bekasi
(penetapan lokasi dikaitkan dengan penetapan Kota Depok dan Bekasi melalui RPJMD
sebagai kota jasa dan industri)
1.6. Hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dari kegiatan penelitian adalah, mengidentifikasi masalah
yang dihadapi lulusan prodi manajemen melalui pengamatan lingkungan bisnis baik
internal dan eksternal, peranan institusi sebagai pengambil kebijakan yang terkait, serta
penyusunan rencana tindak berkenaan dengan penetapan kompetensi inti lulusan
manajemen serta job creator. Selanjutnya adalah merancang model kompetensi inti lulusan
untuk menghasilkan Job Creator di bidang jasa.
Hasil menyeluruh yang diharapakan pada penelitian ini adalah :
(a) Model Kompetensi inti Lulusan Manajemen;
(b) Rencana Tindak berkaitan dengan Job Creator.

















2. ABSTRAK RENCANA PENELITIAN

Pengembangan sumber daya manusia berkaitan dengan peningkatan kompetensi,
kompetensi yang dimaksud adalah skill dari lulusan sehingga tidak saja mampu bersaing
namun juga memenangkan persaingan. Untuk itu pendekatan pada kompetensi juga perlu
ditelaah samapai tingkat core competence. Lulusan dimaksud adalah lulusan dari program
studi manajemen. Kondisi persaingan lulusan merebut lapangan kerja hendaknya dapat
disikapi dengan arif, sehingga lulusan tidak saja dapat bekerja sesuai dengan profesinya
tetapi juga mampu menghasilkan Job Creator. Untuk itu penelitian ini akan menelusuri
permasalahan yang ada terkait dengan lulusan prodi manajemen, dan rencana tindak sebagai wujud dari hasil penetapan kompetensi inti dan Job Creator. Tantangan ini menuntut si pencipta kerja atau tenaga kerja mampu melakukan adaptasi dengan baik. Daya adaptasi ini membutuhkan ketrampilan lain selain hardskill yang telah dimiliki antara lain softskill, ICT skill, English skill, dan etika/moral. Skills tersebut bersifat sinergis..
Metode penelitian adalah survei dengan instrumen penelitian kuesioner (sifat
tertutup). Populasi penelitian adalah lulusan prodi manajemen Universitas Gunadarma yang ada wilayah Jakarta, Depok, dan Bekasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak. Data yang digunakan adalah data primer. Kelemahan dan keunggulan lulusan prodi manajemen akan dianalisis menggunakan analisis SWOT. Model akan dibangun berdasarkan analisis menggunakan AHP, dan SEM. Perangkat lunak yang digunakan adalah SPSS, AMOS, dan AHP. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kompetensi lulusan prodi manajemen Universitas Gunadarma, pengembangan manajemen, yang kemudian diharapkan juga dapat diaplikasikan sebagai acuan pengambilan kebijakan tingkat Universitas.

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan dalam beberapa tahap, mulai tahap persiapan
literatur, survey/pengumpulan data, evaluasi dan pengukuran sampel, hingga perumusan
dan pelaporan penelitian. masing-masing tahap merupakan suatu rangkaian proses yang
berkelanjutan. Diharapkan tahap tersebut dapat diselesaikan dalam waktu 7 bulan.

4. Urgensi Penelitian

Peranan lulusan dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari kedudukannya
pada saat ini dalam dunia usaha. Urata (2000) membagi kedudukan wirausahawan
sebagai berikut:
a. Kedudukan wirausahawan sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di
berbagai sektor.
b. Penyedia lapangan kerja terbesar.
c. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi daerah dan
pemberdayaan masyarakat.
d. Pencipta pasar baru dan inovasi.
Perubahan dalam bidang teknologi juga mempengaruhi kinerja wirausahawan (UKM) di
bidang manajemen. Kekuatan teknologi termasuk peningkatan di bidang pengetahuan dan
inovasi yang dapat menimbulkan peluang dan ancaman bagi UKM. Para pabrikan, bank dan manajemen ritel telah memanfaatkan kemajuan teknologi ini dalam bisnis mereka agar dapat memudahkan dan mempercepat layanan demi memuaskan kebutuhan pelanggan.
Disamping lingkungan makro, lingkungan industri juga berperan dalam mempercepat
perubahan lingkungan. Lingkungan industri yang dimaksud adalah daya tawar pembeli,
daya tawar penjual, masuknya pendatang baru yang potensial, adanya barang substitusi, dan intensitas persaingan di antara UKM. Ke lima faktor di atas dikenal dengan kekuatan
bersaing dari Porter (Pearce & Robinson, 2000; 85). Semua faktor di atas merupakan factor yang berada di luar kendali UKM yang disebut juga faktor eksternal. Semua faktor
eksternal memberikan peluang dan ancaman bagi UKM untuk mewujudkan visi, misi dan
tujuan perusahaan. Faktor eksternal dapat dikendalikan UKM dengan adanya strategi yang tepat dan sesuai dengan situasi perubahan lingkungan. Melalui penyusunan model system informasi perencanaan strategik UKM yang tepat diharapkan dapat membantu memecahkan masalah peningkatan kinerja bisnis UKM. Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2002 yang lalu terbukti bahwa perencanaan strategik dapat mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis eksternal yang penuh dengan ketidakpastian (BPS, 2001).

5. KAJIAN PUSTAKA

Avin Fadilla Helmi (2004), menggambarkan mahasiswa dengan daya saing tinggi sebagai
mahasiswa yang lulus dengan Indeks Prestasi tinggi, masa studi cepat, dan mempunyai
kepercayaan diri yang kuat. Pengamatan dan pengalaman yang dilakukan selama yang
bersangkutan melakukan seleksi karyawan menunjukkan bahwa belum semua lulusan
perguruan tinggi mempunyai persyaratan dasar yang dapat diterima di pasar kerja. Mereka yang lolos seleksi administratif dalam proses seleksi, biasanya telah memenuhi persyaratan IPK dan syarat administrasi lain. Salah satu model mahasiswa yang berdaya saing menurut Helmi ditunjukkan sebagaimana terlihat dalam Gambar 2.1 di bawah.
Indikator output lulusan, minimal tercermin dalam IPK rata-rata di atas 3 dan masa studi
yang singkat diharapkan dapat menjadi representasi dari hardskill. Ketika kemampuan
penalaran seperti analisa, sintesa, dan berfikir abstrak dikembangkan dalam proses
pembelajaran (dalam arti penguasaan ilmu atau hardskill) yang berkembang secara optimal dan menyentuh persoalan kehidupan nyata, maka hal tersebut secara berkelanjutan akan mengasah softskill mahasiswa. Kecerdasan dalam penguasaan ilmu juga memberikan dampak bagi pengembangan belajar tentang kehidupan. Inilah esensi dari proses “belajar”; belajar tentang ilmu dan belajar tentang ‘kehidupan’ (life skill). Proses pengembangan diri menjadi titik pondasi sentral dalam pengembangan karir selanjutnya. Ketika salah satu aspek daya pikir manusia berkembang, maka hal itu akan menstimulasi aspek rasa (afeksi) dan selanjutnya menstimulasi karsa (kehendak) dalam menghasilkan inovasi-inovasi baru. Sinamo (2001) mengatakan bahwa belajar adalah aktivitas untuk meningkatkan pengertian atau kesadaran tentang diri sendiri (self-awareness), dunia sekitar (cosmo-awareness), termasuk kesadaran ten-tang Tuhan (theo-awareness), serta relasi ketiganya ke tingkat yang lebih dalam dan lebih tinggi. Agar proses belajar efektif, maka mahasiswa dituntut untuk menguasai penggunaan perkakas belajar (learning-tools) dalam diri, yaitu kemampuan berpikir rasional, berpikir kreatif-imajinatif, dan berpikir kritikal-argumentatif, kemampuan membedakan dan memilih alternatif yang ada, kemampuan berkehendak secara bebas, kemampuan merasakan, dan kemampuan memberi tanggapan moral. Pengembangan sumber daya manusia yang hanya menekankan kompetensi saja, akan menimbulkan dampak yang luar biasa. Krisis multidimensi pada akhir periode orde baru,
pada dasarnya adalah krisis etika/moral. Kemajuan olah pikir manusia dalam berbagai
bidang tidak diikuti oleh upaya pengembangan aspek rasa (afektif) dan etika/moral akan
menghasilkan berbagai kerusakan dan krisis. Sementara itu dalam dunia realitas, dunia
kerja, dan dunia usaha, situasi hiper-kompetitif tidak dapat dielakkan. Tantangan ini
menuntut si pencipta kerja atau tenaga kerja mampu melakukan adaptasi dengan baik. Daya adaptasi ini membutuhkan ketrampilan lain selain hardskill yang telah dimiliki antara lain softskill, ICT skill, English skill, dan etika/moral. Skills tersebut bersifat sinergis. Skill yang satu akan menunjang skill yang lain, walaupun hardskill tetap sebagai jantung dari semua komponen tersebut.
UNESCO dalam dokumen kerja yang ditulis berkaitan dengan konferensi tingkat dunia
tentang pendidikan tinggi di tahun 1998, yang berjudul Higher Education in the Twenty-
First Century - Vision and Action, menekankan pentingnya relevansi dari dunia pendidikan, utamanya pendidikan tinggi. Dinyatakan bahwa:
“The pertinence or relevance of higher education must essentially be consi-dered in
relation to its role and place in society, to its mission of providing education,
research and the services ensuing therefrom, and also to its links with the world of
work, in the broadest sense, its relationship with the state and with sources of public
financing, and its interactions with the other levels and forms of education.”
Lebih lanjut, dokumen kerja UNESCO tersebut menerangkan secara jelas apa yang
dimaksud dengan relevansi tersebut. Diantaranya yang berhubungan dengan keterkaitan
antara perguruan tinggi dengan dunia kerja adalah:
• membangun keterkaitan dengan dunia kerja, dalam rangka mengenali tantang-an yang
dihadapi dan yang akan dihadapi;
• membangun suasana kerja dalam lingkungan pendidikan, sebagai bentuk fasi-litas
pelatihan dunia kerja; dan
• mempertahankan semangat kepedulian sosial dalam setiap aktivitas ekonomi.
Dokumen kerja UNESCO juga menerangkan apa yang dimaksud dengan kualitas lulusan
pendidikan tinggi. Dinyatakan bahwa:
“Quality is inseparable from social relevance. The implication of the quality
requirement and of policies aiming for a "quality safeguard" approach is that
improvements should be sought, at the same time, to each of the compo-nent parts
of the institution and to the institution as an integral whole, functioning as a
coherent system.”
Seperti diterangkan di atas, keterkaitan antara kualitas pendidikan tinggi dan relevansi
dengan dunia kerja tidak bisa dipisahkan. UNESCO memberikan pedoman bahwa kualitas
pendidikan tinggi tergantung pada beberapa hal, termasuk kualitas tenaga pengajar,
manajemen, infrastruktur, kurikulum, dan mahasiswa. Dalam kaitan dengan penelitian ini, dua aspek yang relevan adalah mengenai kualitas kurikulum dan kuali-tas lulusan. Kualitas kurikulum ditentukan oleh:
• kejelasan tujuan pendidikan dan pelatihan, dalam hubungannya dengan kebu-tuhan
dunia kerja dan masyarakat;
• adaptasi metode pengajaran, dalam usaha membuat mahasiswa lebih berperan serta aktif dan dalam menciptakan suasana kerja (enterprising spirit);
• pengembangan fasilitas pelatihan, dengan memanfaatkan kemajuan dunia IT;
• internasionalisasi kurikulum; dan
• pembangunan jaringan antara kurikulum, tenaga pengajar, dan mahasiswa.
Sedangkan kualitas mahasiswa diantaranya ditentukan oleh:
• kemampuan memecahkan masalah;
• motivasi; dan
• kemampuan untuk bersifat proaktif;
Diana Carew dari Microsoft Education Solutions Group dalam white paper berjudul
“Educating 21st Century Citizen” membagi kemampuan yang harus dimiliki seseorang
dalam menghadapi dunia kerja menjadi dua, yakni: business skill dan life skill. Carew
menyoroti kecenderungan pada awal abad ke-21 ini, yaitu meningkatnya peran life skill
dibanding business skill dalam menentukan performa dari individu dalam pekerjaan yang
dihadapinya. Carew juga menyarankan bagi pembuat kebijakan di perguru-an tinggi untuk menambahkan kemampuan interpersonal sebagai bagian dari kompetensi pembelajaran yang utama

Business Skills
Business skills atau kemampuan bisnis diartikan sebagai kemampuan seorang pekerja untuk
mengaplikasikan materi pendidikan yang didapat pada kurikulum formal ke permasalahan
yang dihadapinya sehari-hari. Business skill dapat diartikan juga sebagai kompetensi teknis
seorang pekerja. Carew menyoroti kecenderungan me-ningkatnya kebutuhan akan
kompetensi di bidang komputer dan internet bagi seorang lulusan perguruan tinggi.
Business skill juga adalah kemampuan yang menerangkan wilayah kognitif dari individu,
sehingga mencakup juga kemampuan untuk menda-patkan informasi dan berkomunikasi
(information/communication skills) serta kemampuan untuk berpikir dalam memecahkan
masalah (thinking/problem solving skills).

Life Skills
Life skills atau kemampuan untuk hidup juga disebutkan sebagai soft skill. Ciri utama dari
life skill adalah menerangkan kemampuan seseorang untuk bekerja sama dengan orang lain.
Istilah yang digunakan Carew adalah interpersonal skill. Interpersonal skill dibagi menjadi beberapa atribut, seperti nilai (value), kemampuan untuk bekerja secara mandiri, dan kemampuan bekerja sama. Di artikel yang ditulisnya dengan judul “Family and Economy”, Ken Shimoda membagi kemampuan seorang pekerja di perusahaan menjadi dua kategori dasar: hard skill dan soft skill. Hard skill berkaitan de-ngan kemampuan teknis yang berkaitan dengan fungsi dari masing-masing jabatan. Soft skill, disebut juga human skill, berkaitan dengan budaya, sehingga relatif di setiap tempat. Soft skill dijabarkan menjadi beberapa atribut sebagai berikut:
• tanggung jawab,
• kesetiaan,
• kemampuan berorganisasi,
• sikap,
• keseriusan,
• keramahan,
• akal sehat,
• kepemimpinan,
• motivasi, dan
• keberanian.
Keduanya –hard skill maupun soft skill– memiliki peran yang besar dalam menentukan baik tidaknya prestasi kerja seseorang dalam pekerjaan. Yang menarik, Shimoda menemukan dalam penelitiannya bahwa perusahaan-perusahaan jauh lebih sulit mengukur dan mengembangkan soft skill dari karyawannya. Sedangkan hard skill jauh lebih mudah untuk mengkuantifikasikannya sehingga pengembangannya relatif lebih mudah. Penyusunan rencana strategis dapat dilakukan menggunakan analisis Kekuatan (Strength),
Kelemahan (Weakness), Kesempatan (Oppurtunity) dan Ancaman (Threat), yang
selanjutnya akan disingkat dengan KKKA.
Menurut Wheelen dan Hunger (1995) KKKA merupakan bentuk analisis situasi.
Analisis situasi mulai dengan formulasi strategi dan kebutuhan dimana manajer strategi
berusaha menemukan strategi yang dapat memberdayakan kesempatan eksternal dan
kekuatan internal dalam lingkungan eksternal yang mengancam dan kelemahan dalam
internal. Posisi analisis KKKA dalam proses pengambilan keputusan strategi ditunjukkan
Menurut Manktelow (2006), analisis KKKA menjadi teknik yang kuat karena
pemahaman kekuatan dan kelemahan dan pencarian akan kesempatan dan ancaman yang
ada. Analisis situasi menggunakan KKKA dibuat dengan membentuk matriks KKKA.
Matriks terdiri dari elemen yang akan dianalisis, yaitu kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki perusahaan, kesempatan yang dapat diraih dan ancaman dari pesaing dan luar
lainnya yang dihadapi. Pada elemen kekuatan, pengevaluasi harus mampu mengidentifikasi hal bagus yang dapat perusahaan lakukan, sumber daya unik yang dimiliki (yang tidak dimiliki oleh perusahaan pesaing), dan kekuatan perusahaan yang dapat dilihat oleh pihak lain. Saat mengevaluasi kelemahan, beberapa hal harus diidentifikasi, yaitu aktivitas atau hal yang dapat ditingkatkan, sumber daya paling sedikit yang dimiliki perusahaan dan kelemahan perusahaan yang dapat dilihat oleh pihak lain. Kelemahan yang mungkin dilihat orang lain tapi tidak terlihat oleh manajemen selama ini harus digali dengan jujur. Analisis elemen kesempatan harus dilakukan dengan mengidentifikasi kesempatan yang ada, kecenderungan yang bisa dimanfaatkan sebagai keuntungan dan kekuatan yang dapat diubah menjadi keuntungan. Kesempatan yang bagus bisa muncul dari perubahan teknologi dan pasar baik dalam skala sempit maupun luas, perubahan kebijakan pemerintah yagn bersesuaian dengan usaha, perubahan dalam pola masyarakat, profil populasi dan gaya hidup, serta kejadian lokal. Pendekatan terbaik dalam mengidentifikasi kesempatan adalah dengan mempertimbangkan kekuatan dan bertanya ke diri sendiri apakah kekuatan ini akan membuka kesempatan. Alternatif untuk mengidentifikasi kesempatan adalah dengan memahami kelemahan dan bertanya ke diri sendiri apakah kesempatan akan terbuka dengan menghilangkan kelemahan tersebut.








Beberapa pertanyaan yagn perlu dijawab dalam
menganalisis kelemahan adalah:
• Rintangan apa yang dihadapi?
• Apa yang dilakukan pesaing?
• Apakah dibutuhkan perubahan spesifikasi untuk pekerjaan, produk atau
pelayanan?
• Apakah perubahan teknologi mengancam posisi perusahaan?
• Apakah perusahaan dihadapkan pada pinjaman atau aliran kas bermasalah?
• Apakah salah satu dari kelemahan yang dimiliki menjadi ancaman bagi
keberlangsungan bisnis?

6. Metode Penelitian (CONTOH) “saudara dapat juga menjelaskan secara ALUR
PENELITIAN”

Analisis KKKA dilakukan menggunakan teknik dan matriks yang diberikan
Manktelow (2006). Matriks yang digunakan ditunjukkan Gambar 2.
KEKUATAN:
• Apa yang bagus dilakukan?
• Apa sumber daya unik yang dimiiliki?
• Apa kekuatan yang dilihat oleh pihak lain?
KELEMAHAN
• Apa yang dapat ditingkatkan?
• Sumber daya apa yang paling sedikit?
• Apa kelemahan yang dilihat oleh pihak lain?
KESEMPATAN
• Kesempatan apa yang terbuka?
• Kecenderungan apa yang _ias
dimanfaatkan sebagai keuntungan?
• Bagaimana kekuatan dapat diubah menjadi
kesempatan?
ANCAMAN
• Kecenderungan apa yang bisa
membahayakan usaha?
• Apa yang dilakukan pesaing?
Gambar 6.4. Matriks KKKA.














7. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer. Data pendukung
(sekunder) yang dimanfaatkan untuk harmonisasi, merupakan referensi yang berupa
RENSTRA institusi dan kurikulum. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut di atas,
maka ruang lingkup pelaksanaan penelitian model kompetensi inti lulusan manajemen
dalam upaya menghasilkan Job Creator bidang manufaktur meliputi rangkaian kegiatan
sebagai berikut:
1.Survei pengumpulan data dan informasi pendukung di daerah kajian yang
berkaitan dengan faktor-faktor kompetensi inti lulusan manajemen, kebijakan
Institusi serta perspektif stakeholders, termasuk masyarakat umum, pelaku usaha,
dan pihak-pihak lain. (Model penelitian dengan SPSS dan AMOS)
2.Studi kepustakaan atau literatur (desk research) mengenai yang berkaitan dengan
kompetensi inti lulusan sebagai acuan dalam melakukan analisis.
3.Penetapan kompetensi unggulan dan prospektif lulusan menggunakan berbagai
metoda pendekatan secara holistik dan komprehesif. (SWOT analisis, dan AHP)
4.Penyusunan rencana tindak (rencana implementasi) pengembangan kompetensi
inti lulusan manajemen
5.Diseminasi hasil rumusan pengembangan kompetensi inti lulusan manajemen
dalam bentuk seminar yang dihadiri oleh pihak perguruan tinggi dan pihak lain yang
terkait.
































Daftar Pustaka
Anthony, Robert N., and Vijay Govindarajan, 1998. “Management Control System” Ninth
Edition, New York: Mc Graw- Hill
Blocher, Edward J., Kung H. Chen., and Thomas W. Lin , 2000 : “ Cost Management a
Strategic Emphasis” ( Terjemahan Susty Ambarriani) Jakarta: Salemba Empat
BPS, 2001. “Pengukuran dan Analisis Ekonomi Kinerja Penyerapan Tenaga Kerja, Nilai
Tambah dan Ekspor Usaha Kecil Menengah sera Perannya Terhadap Tenaga Kerja
Nasional dan Produk Domestik Bruto Menurut Harga Konstan dan Harga Berlaku,
September.
Brooks, Ian and Jamie Wheatherson, 1997. “The Business Environment: Chalanges and
Changes”. Prentice- Hall, Europe.
Chong, Vincent K., and Kar Min Chong,” Strategic Choise, Environmental Uncertainty and
SBU Performance: A Note on Intervening Role of Management Accounting
System,” Accounting Bussiness Reseach, Vol 27, No. 4, 1997.
Child, John., “Strategic Choice in the Analysis of Action, Structure, Organization and
Environment: Retrospect and Prospect,” Organization Studies, Vol. 18, pp. 43-76,
1997.
Dahlan Siamat. 1999. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi kedua. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Erwin A Koetin, 1994. “Suatu Pedoman Investasi Dalam Efek di Indonesia”. Jakarta:
Departemen Keuangan Republik Indonesia: Badan Pengawas Pasar Modal.
Fischer, J. G., “Contigency Theory, Management Control System and Firm Outcome: Past
Result and Future Direction,” Behavioral Research in Accounting. Vol. 10. pp. 47-
64, 1988.
Gordon, L.A., and Narayana. ”Management Accounting System, Perceived Environmental
Uncertainty and Structure; An Emperical Investigations”. Accounting, Organisations
and society,” 1984.
Govindarajan, Vijay. “Approriateness of Accounting Data in Performance Evaluation; An
Emperical Examination of Environmental Uncertaintyas Intervening Variable”.
Accounting Organizations and society,Vol 9, No.1, 1984
Govindarajan, Vijay; Gupta. ”Linking Control System to Bussiness Unit Strategy, Impact
on Performance,” Accounting Organizations and Society,Vol 10, No.1, 1985.
Gregson, Terry. “Role Ambiguity, Role Confict and Perceived Environment Uncertainty:
Are the Scale Measuring Separate Contruct for Accountant”. Behavioral Reseach In
Accounting, Vol 6, 1994.Hitt, Michael A., R. Duane Ireland dan Robert E.
Hoskisson. 1997. “Manajemen Strategis: Menyongsong Era Persaingan Bebas dan
Globalisasi” ( terjemahan Armand Hediyanto ) Jakarta: Erlangga.
Jauch , Laurence R., and William R. Glueck. 1998: “Manajemen Strategis dan Kebijakan
Perusahaan”. ( Terjemahan Murad dan AR Hendry Sitanggang) Jakarta: Erlangga.
Karhi Nisajar and Winardi. 1997. “Manajemen Strategik” ,Bandung: Mandar Maju.
Milliken, Frances J., “Three Types of Perceived Uncertainty About the Environment: State,
Effect, & Respon Uncertainty” Academic of Management Review, Vol. 12, pp 133-
143, 1987.
Otley, D.T. ”The Contingency Theory of Management Accounting Achivement and
Prognosis,” Accounting Organizations and Society, 1980.
Pearce H. John A., and Richard B. Robinson, JR., 2000. “Strategic Management:
Formulation, Implementation, and Control . International Edition. McGraw-Hill,
New York.
Philips, Paul. “Is Your Company Measuring Stratergic Planning Effectiveness?,”
Management Accounting, June, 1998.
Porter., Michael E, 1980; competitive Strategy : Techniques for Analysing Industries and
Competitors, New York: Free Press
Robin, Stephen P. 1994. “Organizations Theory: Structure, Design and Application”. Third
Edition, (Alih bahasa Yusuf Udaya, Penerbit Arcan, Jakarta) New Jersey:
Englewood Cliffs, Printice- Hall.
Tony Grundy. 1995. “Strategi Perusahaan: Corporate Strategy and Financial Decesions”.
(Terjemahan Susanto Budi Darmo, Jakarta: Elex Media Kompetindo.
Taurangeou, Kevin W. 1981. “Strategy Management : How to Plan, Excecute and Control
Strategic Plans for Your Business”. New York: Mc Graw- Hill
Urata, Shujiro, 2000. “Policy Recommendation for SME Promotion in The Republic
Indonesia”, Japan International Agency, Jakarta. Dissertation.
Wheelen Thomas L., dan David Hunger J. 1992, “ Strategic Management and Bussiness
Policy,” Fourth Edition, NewYork: Addison Wesley Publishing Company.
Willie, E Hopkins and Hopkins, Shirley A. “Strategic Planning-Financial Performance
Relationships in Banks: A Causal Examination”, Strategic Management Journal,
Vol. 18, , pp. 635-652, September 1997.
Winardi dan Karhi Nisjar, 1997. “Manajemen Strategik”, Mandar Maju, Bandung
Benny Dollo,2010.”Proporsal Skripsi”,Universitas Gunadarma